Wednesday, 18 July 2007

Kabut dan Sejarah yang Terulang

Aku ingat, waktu aku lulus kuliah, di bagian depan skripsiku, aku menuliskan lagu favoritku:

Banyak hal tak kupahami, dalam masa menjelang
Namun t'rang bagiku kini, tangan Tuhan yang pegang

Itu lagu favoritku, ketika kerangka penilitian yang sudah disetujui, masuk ke babak study pustaka, setelah 4 bulan, profesornya minta diganti, aku menyanyikan lagu itu dengan menangis. Ketika penelitian yang lama dan harus ngejar-ngejar dosen sampe ke Jakarta, aku menyanyikan lagu ini. Bahkan ketika ujian skripsiku batal karena dosen pengujinya LUPA bilang dia mau keluar kota, aku pulang ke kost sambil menyanyikan lagu ini.


Kata dosen yang ngajar Perubahan Sosial, kalau sejarah sering kali berulang.
Dan itu benar.

Saat itu rasanya seperti berjalan dalam kabut dengan jalan yang berbatu. Salah-salah bisa jatuh. Dan apa yang kita tahu cuma beberapa meter di depan kita. Tapi kata salah seorang temanku, mengetahui beberapa langkah saja sudah cukup. Karena dengan begitu, kita akan menaruh kepercayaan penuh pada Dia yang membimbing kita.

Belakangan ini, aku merasa hal yang dulu aku rasakan. Serba meragukan... serba ga jelas... serba menyakitkan. Aku hanya tahu beberapa hal. Tapi, seperti kata temenku, itu saja sudah cukup.

Bukankah kita tahu, kalau suatu saat matahari akan mengusir kabut itu? Kalau semua ini akan ada akhirnya? Yang perlu aku lakukan hanya percaya kalau yang terbaik akan datang.


Bukankah begitu?





1 comment:

D said...

kata ita, lu dan mas say.." segala sesuatu ada waktunya "...