Thursday 16 February 2012

You Don't Have Any Idea How Much I Miss You!

Tiga, tidak tepatnya empat tahun sudah aku meninggalkan Jogja. Berarti selama empat tahun juga aku tidak bertemu sebagian besar dari my Jogja folks. Well, sebagian masih keep in touch in e-mail, sms, telpon atau chat (skype, gchat dan kadang-kadang ym).

Kadang-kadang, rasanya aku jadi seperti nenek-nenek yang memiliki romantisme masa lalu yang keterlaluan. Ya, untuk Jogja dan nostalgiannya itu. Sering berharap seandainya masa-masa itu bisa terulang, which tidak akan mungkin kan ya?

Say, misalnya... keajaiban itu terjadi, dengan pekerjaan yang sama, posisi yang sekarang kita punya (bukan yang dulu kita punya) dan gaji yang kita punya sekarang. I know, that's why I said keajaiban di awal, karena itu kan ga mungkin banget. Tapi marilah kita berandai-andai, seandainya itu bisa terjadi, apakah suasananya akan sama?

Rasanya tidak ya. Kita sudah menjadi pribadi yang sama sekali berbeda sejak 4 tahun belakangan ini. Sebagian mungkin sudah menikah dan memiliki kesinisan yang lumayan untuk pernikahan (atau kelajangan), yang lain mungkin karena faktor U merasa tidak lagi pada tempatnya nongkrong sampe malam di Keiko, atau karena sudah merasa sudah melanglang buana, tidak lagi merasa diskusi antar teman semenarik dulu, tidak lagi berbunga-bunga ketemu Butet Manurung, atau kita merasa ngomongin Pak Boss udah ga asik lagi, kan sekarang kita udah jadi boss juga hahahaha.

Duh, jadi ngelantur ya. Jadi sebenarnya inti tulisan ini apa sih? Embuh!

Hahaha, cuma mau bilang, how I miss you, all. I miss nasi kucing yang tiap pagi dibawa Pak Sas... (may Mbah Kerto tetap sehat dan dipenuhi sukacita), cerita ga mutu antara aku-Dian-Tita, yang kadang masih kami lanjutkan di chat room, omelan Pak Budi kalo liat aku-Dian-Tita-Hayu-Mbak Ita-Ibenk-Mas Say-Mbak Lala berisik, teriakan bu Lusi yang bilang: Hoooi, ini kantor atau pasar sih, teriakan balasan kami: Pasar bu!, teriakan nyaring Bu La untuk selamat pagi dan laparnya, gosip seputaran artis yang dilakukan Mas Say tiap sore, Desy dan bakul bajunya hahahaha. Aku juga merindukan pertengkaran Tita dan Ibenk tentang lagu, presiden Amerika atau apapun yang selalu dilakukan Ibenk hanya untuk menjadi oposan Tita. Aku kangen panggilan cempreng Hayu, cinta terpendam ga mutu Hayu atas Ibenk (ini bohongan kok Fabil dan Raras, incase kalian baca blog ini).

Really guys, you don't have any idea how much I miss you.

Duh, reunian yuk!

Tuesday 28 April 2009

Kaya karena Teman

I opened my wallet and found it empty,
Reached in my pocket and found a few coins
Searched my heart and found you and our friendship
Then I realized how rich I am

Pernah baca kalimat yang dikirim lewat sms itu? Rasanya aku terima sms itu jaman-jaman dulu banget dari seorang temen lama. Aku sih bilang, iya... kata-kata itu bener banget. Temen selalu bikin kita lebih kaya.

Tim Jogja, salah satu pengalaman pertemanan yang menyenangkan. Mau belanja? Ada Jeung Lia, Tita dan Dian. Mau makan, baik tempat baru atau tempat lama? Selain tiga munyuk di atas, masih ada Haju (yang sering kita maki-maki karena makannya dikit) atau Ibenk (yang selalu bilang makanan semua enak, asal banyak dan murah, ada Pak Sas yang selalu rela menyuplai kita dengan makanan tradisional (Mbah Kerto) atau tempe yang bukan dari kedele, yang kacangnya gede banget dan keras (aku ga suka, tapi Tita tergila-gila). Mau nongkrong... wah semua pada mau banget. Mau nonton? Movie box atau di Amplaz? Siapa yang nolak? Mau karaoke? Mulai dari yang karaoke booth yang pake koin, sampe yang di Nav, juga pernah kita coba. Jalan-jalan mengeksplor Jateng dengan fotografer andal? Jangan tanya. Bisa bikin orang lain iri.

Teman, emang selalu bikin kita kaya.

Tapi aku tidak pernah mikir dari sisi sebaliknya. Tanpa teman, kita miskin. Sama sekali ga pernah mikir. Sampai akhirnya aku mengalaminya.

Terdampar di Medan, karena pilihanku sendiri tidak pernah membuatku berfikir kalau aku akan mengalami hal yang berbeda. Aku selalu datang ke tempat baru dan selalu menemukan teman yang bisa membuatmu ketawa. Mengerti leluconmu, menambahkan ide pada idemu yang gila, atau sekedar mendukungmu ketika kau membutuhkannya. Biasanya tidak butuh waktu berminggu-minggu untuk mendapatkan teman yang bisa membuatmu tertawa, setidaknya dari pengalamanku.

Tidak berlaku di Medan. Kantor isinya cuma 6 orang. Semuanya serius. Belum pernah aku ketawa, benar-benar ketawa, sampai sakit perut atau sakit rahang. Belum pernah. Garing. Serius. Kesannya serius berarti berwibawa. Ah. Even Pak Sas yang sangar, bisa bikin kita ketawa terpingkal-pingkal. Dia tetap aja sangar dan berwibawa tuh.

Banyak teman kaya, ga ada temen, miskin. Medan yang besar rasanya tidak ada artinya. Ternate masih jauh menyenangkan. Aku masih punya teman di kota kecil itu. Medan dengan mall, tempat makan dan bioskop terasa hambar tanpa teman.

Punya temen yang bisa diajak gila di Medan? Kenalin doooong

Friday 20 March 2009

The Unfinished Story

Aku percaya hidup itu seperti kumpulan cerita-cerita. Rasanya tidak pas kita ada cerita yang belum diselesaikan. Belakangan ini, tanpa aku sadari, aku merajut cerita baru sambil menyelesaikan beberapa cerita yang pernah menggantung sebelumnya.

Minggu lalu, aku melakukannya bersama temenku, seseorang yang pernah sangat berarti bagiku waktu SMA. Ada yang belum diselesaikan antara kami, setidaknya dari sudut pandangku.

Lulus dari SMA, aku berusaha menghubunginya, berusaha mengatakan aku menyesal atas apa yang sudah aku lakukan padanya. Pergi begitu saja, ga bilang apa yang membuatku pergi, apa yang harus diperbaikinya, dan setidaknya berterima kasih untuk semua yang sudah dilakukannya untukku. Untuk semua prakarya yang ga pernah bisa aku selesaikan, yang diperbaikinya dengan sempurna, untuk semua tugas-tugas kimia, untuk semua soal-soal menjelang ujian akhir... yet, aku tidak mengucapkan itu. Tidak, sampai aku menuliskan kartu, yang tidak pernah sampai di tangannya.

Rasanya selalu menjadi ganjalan setiap kali aku memulai satu hubungan di universitas. Ingat masa-masa aku menghindar dari perasaanku sendiri. Tidak jujur atas apa yang kurasakan. Ingat bahwa aku berhutang maaf atas seseorang. Orang yang aku tau namanya, tapi tidak pernah tau bagaimana menghubunginya.

Sampai akhirnya dia menghubungiku. Lewat facebook... bener-bener. Dia, sama sepertiku merasa ada yang belum diselesaikan antar kami. Menarik, karena dia merasa ada sesuatu yang dia lakukan yang membuatku 'kabur'. Dari sisiku, ada cerita yang belum selesai, karena aku belum minta maaf. Kami menyelesaikan dengan baik, aku mengatakan maaf dan menyakinkannya kalau tidak ada yang salah dengannya. Murni masalah ada di aku.

Menjelang 'hariku' aku merasa kalau satu persatu cerita yang belum selesai diselesaikan. Ceritaku di SMA yang pertama.

Lalu, kemaren aku menghubungi 'my very true friend'. Seorang sahabatku yang sangat luar biasa. Teman-teman mengatakan kami bukan sahabat. Buatku dan juga buatnya, kami tidak bisa lebih dari sahabat. Dia bisa saja melintasi benua dan lautan, terbang dari negaranya untuk menyembuhkan luka hatiku beberapa tahun lalu. Dia bisa ada, menghapus air mataku. Aku tau dia mencintaiku (sedikit ge-er) seperti aku menyayanginya. Tapi kami tidak pernah bisa melewati batas yang ada. Dia sahabatku, maka dia adalah orang yang berikutku yang kukabari tentang rencana 'hariku'. Menyelesaikan cerita kami, bahwa kami tetap sahabat.

Menyelesaikan cerita yang belum tuntas, membuat langkahku jadi lebih ringan. Rasanya jadi lebih cerah. Untuk sahabatku, yang membantuku menyelesaikan cerita ini, merci beacoup!!

PS: Tadinya mau nulis di blog pribadi, berhubung blog ini being neglected for months, ya akhirnya nulis di sini aja yaks

Tuesday 9 December 2008

Aku Mulai Menulis... Hidupku Kembali Normalkah???hehehe

Menghela nafas panjang ketika sebatang rokok menyulut dalam kulit penjaga malam itu.
Dia tidak teriak, hanya meringis sakit sambil menahan nafas, dia tidak marah, dia tidak memaki seperti biasa, dia tidak menangis, dia tidak bercerita ke ibu bapaknya seperti ketika dia sakit sebelumnya....sebut dia tolol, panggil dia bego....
Karena perokok itu adalah pemilik hatinya, pencuri mimpinya,doanya.

Kemudian dia berjalan menjauhi perokok itu, bukan bukan karena luka sulutan itu, bukan karena asap yang mengganggu…. Tapi karena dia bosan….bosan dalam keyakinan akan adanya kejaiban.

Tak lama kemudian penjaga itu datang kembali, menemui sipir penjara, pencabut nyawa.... mempertanyakan kejaiban untuk dibebaskannya sang perokok tadi..untuk kemudian bersamanya…entah apa yang ada dalam otak penjaga malam itu…mungkin isinya sudah berserakan entah kemana

Kini dia duduk disudut ruangan yang terkadang remang, kadang terang benderang tapi tak lagi dia merasa gelap dan dingin.. hhh….penjaga itu terdiam dan bersyukur… sembari tetap menunggu keajaiban yang selalu dia doakan (jika pendosa boleh berdoa, batinnya)

Dia butuh jawaban, dia butuh nasehat bukan kecaman, jangan pojokkan dia.
Dia butuh dipilihkan bukan butuh pujian, bukan juga butuh analisa nasibnya.
Dia butuh pertimbangan, dia butuh teman bukan cercaan yang kemudian hanya menyudutkannya.

Ssstt.....Pelankan suaramu, Dia masih terjaga sepanjang malam ….. semoga dia bahagia atas pilihan terbaiknya

Tuesday 18 November 2008

Tell me your Religion!

Dalam waktu kurang dari sebulan, rasanya bisa membuat aku muak dengan kata-kata AGAMA. Berawal kasus pemutaran film di kelurahan. Si Lurah mengusulkan untuk membuatnya di teras masjid dan berjalan sesuai rencana. Sampai pada acara pemutaran malam hari, beberapa warga marah-marah. Beberapa lainnya membela kami, karena usulan itu sendiri datang dari Lurah. Belakangan ketika konfirmasi, Lurah mengatakan kalo usul itu datang dari Imam.

Ketika ribut-ribut dan aku baru saja tiba, seorang bapak tiba-tiba menghampiriku. Bertanya dengan keras: Agamamu apa? Aku diam, bingung dan sedikit kaget dengan pertanyaan itu. Dia marah dan kembali bertanya: agamamu apa? Kujawab: saya Kristen Pak. Langsunglah dia marah dan menuding-nuding. Itulah!! Itulah!! Itulah!! Sebelum dia sempat lebih marah lagi, seorang teman datang menghampiri dan mengalihkan perhatian dan marah bapak itu kepadanya.

Kejadian kedua, aku memasukkan lamaran ke salah satu organisasi Kristen. Sebelumnya aku pernah bekerja di LSM yang berbasis gereja dan aku menikmati kerja di sana, karena yang bekerja tidak hanya orang Kristen. Dan aku tidak pernah ditanyakan apa agamaku (yang pastinya temen bukan Kristenpun tidak pernah ditanyai). Lamaranku ditanggapi dengan application form. Olala... ternyata ada bagian kesaksian bagaimana aku mengenal Kristus, Amanat Agung dan bagaimana pekerjaan pelayananku di gereja selama ini.

Entahlah... dulu, waktu fresh graduate mungkin aku akan mengisinya dengan menggebu-gebu. Maklumlah... aktivis PMK kan? Tim inti kelompok pemuridan lagi. Kakak pemimpin kelompok kecil dengan banyak 'anak' dan 'cucu' kelompok kecil. Dengan segudang pengalaman pembinaan, buku-buku yang pernah kubaca... pasti pertanyaan-pertanyaan itu kuisi dengan semangat.

Bekerja di banyak tempat, berkenalan dengan banyak orang, melihat banyak kerusuhan, pertempuran karena agama, membuatku banyak berfikir dan mungkin tanpa kusadari cara berfikirku berubah.

Aku mencintai Tuhan Yesus, tentu saja. Seperti layaknya orang yang pacaran, kadang hubunganku naik, kadang turun. Tapi seperti lagu yang sering kudengar: I'll never loose my faith. Aku mungkin marah, kecewa, bahagia, bernyanyi... tapi aku tidak akan pernah kehilangan imanku, itu kira-kira lagu yang sering kudengar.

Namun... dengan penuh kesadaran, hari ini kuputuskan untuk tida melanjutkan proses di lembaga itu. Meski kalo keterima aku akan bekerja di Bandung (dekat dengan Jakarta), pekerjaan yang kusukai (dekat dengan anak-anak) dan meningkatkan pengalamanku di dunia per-M&E-an. Di atas semua itu... aku tidak suka... dan tidak ingin orang menilaiku dari agamaku. Kalo aku diterima kerja, terimalah aku karena kemampuanku, motivasiku dan semua pengalamanku. Bukan karena kesaksian iman yang hanya kutuliskan di kertas. Kamu bisa jamin aku menuliskan dengan wholeheartedly? Aku melamar untuk jadi pekerja, bukan jadi pendeta, bukan jadi gembala, bukan jadi pelayan... duh, kenapa emosional begini Vi?

Entahlah, tiba-tiba rasanya hatiku alergi. Dua sisi yang berbeda dari dua cerita itu emang. Satu, aku dimarah-marahi karena aku Kristen. Dua, aku mungkin mendapatkan pekerjaan karena kesaksianku sebagai orang Kristen. Dua-duanya tidak kusukai. Sejarah membuktikan betapa banyaknya masalah karena agama. Uh... seandainya semua orang bisa melihat kepercayaan itu masalah pribadi dan saling menghormati apa yang dipercayai orang lain... mungkin dunia ga sejahat sekarang.

Penting ga sih mengetahui agama orang lain? Mungkin untuk teman hidup, karena itu bagian dari menjadikan gambar yang sama, itu sangat penting. Beberapa orang menganggap itu prinsip. Lainnya menganggap itu bagian dari yang bisa dikompromikan. Karena toh sama-sama percaya dan mencintai Tuhan. Tapi untuk pekerjaan? Untuk persahabatan? Perkenalan? Perlukah kau tau agamaku, kau tanyakan agamaku?

Tuesday 28 October 2008

Statistika Blog Berawal di Jogja

Sejak blog ini ditulis pertama kali, kita sudah menghasilkan 42 tulisan. Mulai dari yang bermutu sampai yang ga jelas isinya (yang ga jelas isinya pasti bukan bikinan Pak Sas... aku jamin). Lumayan juga ya, 42 tulisan. Nah... penyakit bermain-main dengan angkaku kambuh barusan, maka aku mencoba membuat data statistik untuk tulisan-tulisan di blog:

Penulis pertama blog ini, aku tentu saja, orang aku yang bikin hehehehe... maaf ya. Penyumbang tulisan terbanyak, Tita, dengan total 15 tulisan, dari yang puanjang kaya garis pantai, sampai yang pendek kaya sandi morse. Lumayan Ta 35.7% tulisan adalah sumbanganmu. Penulis lain adalah ya kembali aku, 13 tulisan... sama dengan Tita, yang panjang menggugah, sampe yang panjang dan ga jelas arahnya ke mana. Lalu Pak Sas... 8 tulisan... tapi paling banyak dapat comment. Ga percaya? Coba aja hitung comment dari tulisan-tulisan Pak Sas. Yang paling sedikit? Ya Dian... cuma 6 tulisan!! DIIIIAAAAAANNNN!!! berani-beraninya sebagai moderator... masa cuma 6?!?!? Tapi tetap yang belum nulis juga ada, Ibenk, Hayu, Mas Say... nah, nah, nah... pada ke mana neh??

Kalo disuruh pilih tulisan siapa yang selalu bikin aku mikir entah tentang hidup, tentang budaya atau tentang makanan enak (maaaak... liurku meleleh)... aku pasti milih tulisan Pak Sas... dikit tapi bermutu. Kaya butik gitu d, baju yang dijual dikit, tapi mahal dan bermutu. Benar? Benar.

Nah... begitulah kalo penyakit iseng angkaku kambuh... kalo ada yang mau meneruskan silakan... hitung comment... siapa aja, sayang ada beberapa comment itu anonim, meski dari cara nulisnya aku tau tuh kalo ga Tita ya Dian kekekeke.

Friday 29 August 2008

My Gratitude to an Old Lady- By Sas

I woke up sluggish and lazy. “I am not really looking forward for this day” I said to myself while reluctantly put my old batik blanket aside. The ritual of the day began – fulfilling my biological need for water disposal, opening all curtains, windows and doors and a pitcher of drinking water. The dim warming light from God did not even help much to spark the day. Half asleep, I went out trying to keep myself from falling asleep again. Ito and his mum were still asleep and so I could not really rely on them to jumpstart my spirit.

I looked at the all the fish in the thick green water pond – happy to be alive – I thought I heard them said it. “Good morning Queen Mary” thought I as I sprayed some water on a piece of stony art work and all the flowers around her. Just as I finish saying the greeting, I heard a lady’s voice – loud and clear. “Kulonuwun Buuuu”, she said in a very strong Javanese accent. Certainly not Queen Mary said it for as far as I remembered from the Bible, she did not speak Javanese.

I walked to the front yard to find an old woman figure sitting on the green ceramic floor. Standing next to her was her bamboo woven container full with banana leaf wrappers. All of the sudden as I approached, I was immediately welcomed by the fragrant smell of banana leaf warmed by something inside it.

Ito and his Mum opened the front door and jumped straight into a cheerful chit chat with the old lady dressed in an old hand painted piece of kebaya and delicate art work of batik cloth. I did not pay attention to what they were talking about though. My eyes were glued on the banana leaf wrappers. It was sweating – signifying the warm stuff inside. And the smell of the extensive range of spices cooked on a hard wooden fire was tickling every nerve in my nose and mouth – so tempting. With my mouth watering, I could not resist myself from picking one them. I did not bother paying nor saying anything to the woman, Ito nor my wife. My mind was enslaved by the stuff. I went straight to the kitchen, grabbed a spoon and, intensely, opened up the wrappers.

Just as I lifted the top wrapper, I could see smoke ‘billowed’ from the stuff and brought with it all the heavenly fragrances of perfect mixed ingredients cooked in an ancient daily ritual. My eyes suddenly captured the food I had been longing for – not a fancy high cost royal cuisine nor highly stylish imported delicacies. It was just a local ‘ndesa’ (rural) kind of food. It was so common food that nobody considered cooking nowadays. I scooped a lump of rice and side dish, put it in my mouth, ….. and it was enough to slap my soul and tap my spirit. “I am glad to be alive”, my soul and my spirit said simultaneously and it ws just the right thing to start my day. Thank you old lady in stylish classic dress for the good food of my body and soul.


Dedicated to Mbah Kerto

Wednesday 20 August 2008

SMS

0812 475 3 xxx : Aku kangen bubur gudeg gejayan pke krecek puedes n tahu, nasi mbah kerto n tempe gorengnya, nasi goreng pak sas, mjajah ibenk, triakan m lala, tmasuk menghina khairun. (Delivered to 0812 273 1 xxx and 0813 4525 xxx)
0812 4753 xxx : Kangen ngomelin haju, gosip2 di skype, obrolan ga jelas ujung pangkal, makan siang di meja bunder. Aku bahkan kangen kopi buatan m eko. Hiks.(Delivered to 0812 273 1 xxx and 0813 4525 xxx)

0813 4525 xxx : Gue juga, bahkan cerita2 yg rese ttg penyakitnya pak budi pun gua kangen, terus ama segala makanan di warung ijo,kamar kost,angkot,kolam renang di jp,bakmi jombor,si raphel...
0813 4525 xxx: Gua kangen bau mobilnya pak anwar yg harum,moodynya pak yip, our theme day,phuket,rest sederhana,siomay berbungkus2...jalan2 brg ke beringharjo...ampun jogja bener2 membekas yah

0812 4753 xxx : kangen triakan drama queen juga. Kangen lasagna kedai kopi, mie ayam san fransisco, nonton di movie box, bahkan salon mbak yuni. Resto sederhana itu yang mana ya?
0812 4753 xxx: Oh! Padang! Satenya!! Y kita makan sampe bodoh. Ingat gue!
0813 4525 xxx: aduh, rest padang favouritenya mas afit kalo makan disana kita pasti cuman beli sate padang n martabak mesir, di jakal bu
0813 4525 xxx: nah inget juga, gua ingat gila potonya lu pada,n beli2 sepatu kyk kaki kita seribu aja

0812 4753 xxx: Iya. G kangen bgt ta. Teh poci, lie djiong, suara m lia manggil icut. Ya ampun, kok g sampe nangis gini? As if g ditinggal pacar. G kangen acara belanja hahaha.
0813 4525 xxx: gua kangen semua bpk2 dan ibu2 di klaten dan bantul... gua makin sedih soalnya di tipi ada sinetron dgn background jogja huaaaa
0813 4525 xxx: sama, gua juga nangis... sedih, seneng, kangen ma kalian semua... ya ampun sinetron itu ambil gambar di keiko... gua ga kuat

0812 4753 xxx: Keiko? Di sofa kita? Brengsek!! Mereka seasik kita ga? Orangnya keren ga? Kalo ga, usiiiiirrr!!!!
0813 4525 xxx: ingat curhat-curhat kita di pecel solo? gosh those days
0813 4525 xxx: sinetron bu, apa yg asik omongnya aja norak hehehe
0812 4753 xxx: pecel solo? Kangen bir jawa. Asem lu mengingatkan g sama mars! Pengen es beras kencur. Kyaaaa

0813 4525 xxx: ehmmm,gua kangen bgt ama semua hal di jogja,bahkan yg nyebelin pun gua jg kangen
0812 4753 xxx: Hihihi ember. 'halo coy'nya mc, 'byk minyak,byk gula,mgandung asam urat n kolesterolnya'-nya p budi, icut, si butak tanto, bahkan si toge! Lu ingat toge kan?

0813 4525 xxx: siapa toge? gua kok ga ingat ya?
0812 4753 xxx: Kangen arem2 klaten!! Ayam goreng y di dkt alun2 klatne. Sambel welut. G belum ke m geneng!! G pengen makan nasi pindang bts kota. Sama soto kudus.
0812 4525 xxx: gua jg samaaa tapi siapa toge itu?
0812 4753 xxx: Toket gede!! Sekuriti y gendut tea. Bkn p hardi idolanya anak2. Lu ingat ga dulu kita pernah bikin list cowo2 yang pantas kita ajak kencan? Sekuriti2, driver n staff
0812 4525 xxx: hahaha,inget bgt gua!! Iya ya

0812 2731 xxx: And that is what it costs for a new experience! Life gotta give every now and then. Yet, romance for the good old time makes hope alive


Tuesday 22 July 2008

Worry not, my son

Dari pak Sas yah temen-temen:

Worry not, my son

On my visit to a friend’s house, I came across a boy and a girl playing around someone’s house just across the street. From their face, built and complexion, I could easily tell that they were siblings. Knocking on my friend’s house, I heard my phone ringing. He (my friend) rang me to tell that he was on the way home and asked me to wait. I decided to sit across the yard where they boy and the girl were playing. On a vacant wooden bench in the shade of banyan tree, I enjoyed the breeze accompanied by Paulo Coelho’s The Zahir.

I barely finished the first few pages of the novel, when I was disturbed by the sound of somebody crying. The girl was sitting on the green grass in the yard, covering her face with her two tiny but fat hands. Her brother was not far away, watching from a distance but pretending to be busy with himself. From a moment, I felt, there was a moment of silence between the two that made me somehow keep my eyes on the scene. Later on, the boy approached her. As he was stepping closer, the girl seemed somewhat alert and looked at him. Tears were seen running down her chubby cheeks, but there was no sign of resistance when he sat on her side. The boy said something to his sister while gently patting her back. A minute later, they began talking to each other. And not long after, the two were out playing again chasing one another as if nothing had happened. Cheers and laughter immediately filled the air, and everybody was happy, including me.

I returned to my book but could not get my mind off the recent snapshot of life I had just witnessed. I was being reminded how grateful I should be to be born in a family of eight. I remembered that I always had someone to chat with, someone to play with, someone to tease, someone to fight with, someone who stood p for me when I fought with a friend, someone to share tears and laughter with. It was there that I actually learned the importance of a family in life. All the chats taught me how to socialize with others. All the fights taught me how to stand up for something I believed and the value of forgiving. Good Lord, I lived like this thanks to my brothers and sisters (and of course, my parents).

I was still thinking about all the lessons of life I had learned from them in the afternoon on my way back home - only this time, with slightly different subject. I thought about it but with Ito, my 14 month old only son in it.
“Being an only child, how is he going to learn how to relate with others with no brother nor sister around? How is he going to learn the value of forgiving or the need to stand up for he believes without someone to fight


with? How is he going to learn what I learned from my brothers and sisters without a brother nor a sister?” All of those questions remained unanswered ………………………….until yesterday.

Ito will have someone to play with, to fight with, to tease, to share laughter, and better … someone who is genetically almost identical – for his Mum is expecting. Cheer up Ito.

Friday 20 June 2008

Yogya dan saya

Ketika saya memutuskan untuk pergi ke Yogya, saya pergi dengan banyak rasa kecewa dan tidak puas dengan apa yang saya kerjakan. Saya merasa belum merasa menyelesaikan apa yang saya kerjakan di Kalimantan, masih banyak hal yang bisa saya lakukan. Tetapi, knowing that we work based on donor….itulah yang terjadi. Dan saat untuk pergi ke Yogya pun tiba, jujur pada saat itu tiada yang mengantar saya di airport (orang tua saya kecewa karena saya tidak pernah berdiskusi tentang keputusan ini dengan mereka, saya bertengkar hebat dengan kakak saya, dan pacar saya pun tidak senang dengan apa yang saya putuskan-lebih karena saya memberitahu dia sehari sebelum saya berangkat ke Yogya).

Tapi entah kenapa, hati saya sangat mantap untuk pergi ke sana, padahal membayangkan Yogya seperti apapun saya belum pernah. Sesampai di Yogya saya di jemput oleh Pak Yip- pada saat itu dia kalau tidak salah rambutnya masih panjang gitu dan diem sekali sepanjang perjalanan, setelah kenal malah kebalikannya hehehhehehehehee. Kemudian disambut dengan kantor yang kecil, tapi rumah, dan dibawa langsung oleh Yolin (yang ramah dan bingung) ke ruangan Edu.

Kesan pertama, ruangannya besar, tapi kok gak ada AC yah……ah sudahlah yang penting aku bisa berbuat sesuatu. Dikenalkan oleh Ibu Lusi yang sangat talkactive dengan Pak Sas (yang pada saat itu belum gundul dan masih diem menakutkan), Ibeng (yang dari pertama kali kenal sudah cengar-cengir) dan Ita (yang mendapatkan kehormatan dipanggil “Ta” karena datang duluan dari saya…dan saya yang kena getah dipanggil “Tit”).


Lalu perkenalan berlanjut, dengan teman-teman yang lain. Ada Dian, yang selalu nyempil di ruangannya dengan Bosnya si Themba yang murah senyum dan ramah, ada Hayu yang sangat ramah, ada Eri yang juga ramah (ini bukan Eri Suzuki yah)....lalu ada Desy yang dari pertama kenal udah ngajak ngomong tentang spa dan teman-temannya.

Tidak berapa lama kemudian ada pasukan tambahan, pagi itu Pak Sas, Ita dan Saya datang awal (ah itu mah biasa) dan kami menemukan ”bapak-bapak lookalike” yang memperkenalkan dirinya sebagai ”Fitriadi Sayuti” wuahahahhahaa pokoknya kesan pertama kenal dengan mahluk ini adalah garing, typical finance people, dan membosankan. Tidak berapa lama kemudian (eh sequencenya bener gak seh?siapa dulu poy, lu atawa mas afit neh???) ada si Evi…..hmm cengar-cengir ramah meriah (pasti waktu itu dia lagi di langit ketujuh-maklum kayaknya dia lagi jatuh cinta waktu itu).

Bertambah pasukan, dan semuanya ramah(tapi yang ramah waktu masih baru kenal itu loh…yang masih malu dan jaim). Saya juga gak tau tepatnya bagaimana kok bisa, kita jadi Genk Asik (biasanya kalo di kantor itu kalau ada genk kan anggotanya cuman 1 -3 orang tertentu, nah kalo ini satu kantor yang jadi anggota genk) dan semuanya kompak dan rame.

Banyak sekalo kejadian seru terjadi diantara genk asik, ada ulang tahun yang pastinya ada korban, ada pesta2 yang norak dan gokil-17 agustus pakai upacara, pakai lomba-lomba. But as a wise man said, all good things must come to an end. Dan yang pertama kali pergi adalah Mas Afit- padahal kita pada saat itu sudah dekat dan sangat nyaman dengan keberadaan orang finance yang tidak hanya sekedar marah dan ngomel, tapi juga mengajari kita banyak hal dan tentu saja sangat resourceful.

Berikutnya adalah Yolina, yap the little girl decided to go to, pada saat dia pergi kita juga sudah mulai mengenal dan sangat nyaman dengan keprofessionalitasnya. In term of ngobrol-kalo sama saya, dia lebih banyak ketawa ketiwi dan terheran heran dengan tingkah ajaib saya kekekkekee. Dan disusul oleh Desy, yap si eneng yang buka butik di kantor (bayarnya boleh belakangan kok…..aduh cakep banget sama kamu mbak….ini baju udah kamu banget deh), yang juga suka bertingkah laku ngocol pun akhirnya pergi and there it goes persediaan baju kita!!!kekkekekeekeke.

Tapi tentu saja ada yang datang dong….ada Moniq yang menggantikan Yolin (no comment yah, karena aku juga gak terlalu kenal) dan ada bu Lala-yang saya kenal baik justru pada saat bulan-bulan terakhir saya di kantor, ibu ini dengan suara mengelegarnya bisa menyapu kantor (Saking kencengnya itu) dan juga tempat curhat dan gossip yang hot deh kekekekekekekekekkeeke…..juga bisa cari makan bareng, kalo bu lala karena bawaan orok, kalo saya bawaan napsu wuahahahhahaahhaa.

Dan ketika waktunya saya untuk close down the curtain, saya sempat bingung kenapa kok saya tidak menangis sesungukan seperti yang selama ini saya bayangkan. Tapi pada saat di pesawat yang mengantar saya ke Pontianak saya merasakan rasa kecewa yang sangat dalam, kecewa karena harus meninggalkan tempat yang membuat saya bertemu dan berkenalan dengan saudara-saudara baru, dengan teman yang mempunyai pandangan yang berbeda tetapi sama.

Yogya will always hold a certain places not only in my heart but also in my head, if people ask me how is Yogya? i will answer "it will absolutely add a special ingredients in you life, a kind of ingredients that will make the food not only look faboulous but taste amazing. It is a must feel experience for anybody and everybody that need a new insight in their life"

So...kemanapun saya pergi, kenangan di Yogya akan selalu saya bawa di dalam my special pockets....i know i wouldn't find anything like this...so be it!!!

Jadi buat teman dan juga yang lain....have fun in a new journey we are going to embrace!!! I already in the new journey...if you ask whether i enjoy it or not....no answer yet....still trying to explore it

lotsa love

Tita










Wednesday 11 June 2008

90's Craze (gantian dong...kan biasanya 80's craze) - Part 1

Agak lain daripada yang biasanya dibicarakan teman-teman di kantor, hari ini saya pengin ngomongin mengenai kegilaan dengan tahun 90-an (please ini generasi gua). Tahun 90-an, tahun yang tidak kalah noraknya dibanding dengan tahun yang lain dan tentu saja tidak kalah kerennya dibanding tahun-tahun yang lain...di tahun ini musik rap dikenalkan secara umum (ingat Vanilla Ice dengan the legendary "ice ice baby" atawa MC Hammer dengan celana anehnya). Untuk lebih detailnya silahkan melihat ke uraian dibawah ini:

1. The beggining of the Boyband era

My favourite subject of all....the boyband era, yang pasti masuk dalam landmark in this section adalah NKOTB (YEP....THE HUNCHOS OF ALL- btw mereka reunian dan buat single baru...count me in guys..utk download lagu kalian secara free di website kekekkekekee....). NKOTB adalah fenomena tersendiri pada masanya, bayangkan kalau tidak ada mereka saya yakin banget konsep boyband with all the fancy moves, norak dancing all together, funny clothes, the cute-the one that actually sing-the bad boy-the backup singer-the muscle concept....gak bakalan ada.


Band ini adalah fenomena, semua bakalan teriak-teriak histeris gak karuan waktu liat rambutnya doang...(itu saya, sumpah dulu saya kayaknya liat rambutnya/jambulnya Jordan Knight waktu di airport di Cengkareng....waktu mereka mau konser di Jakarta). Semua pasti berusaha untuk kirim fan mail ke mereka, or bahkan mengimpikan jadi pacar dari salah satu anggota NKOTB (saya penggemar berat Jordan Knight...)

Lagu-lagu mereka pasti kita hafal di luar kepala ketimbang pelajaran PMP, catchy tune seh...jadi pasti sadar or gak akhirnya jadi seneng juga....apalagi yang hits mereka yang legendaris....STEP BY STEP uh baby....(silahkan nyanyikan sendiri).

Setelah band ini ngetop, tentu saja banyak sekali pengikutnya. Tetapi tetap NKOTB memang "gak ada matinya". Dan untuk teman-teman yang tertarik melihat kayak apa sih mereka sekarang silahkan saja klik :http://youtube.com/watch?v=jvpo_8ppHSg

2. Potongan rambut ala Keanu Reeves or Demi Moore
Jujur, kita (cewek) mulai tergila-gila ama mas Keanu ini waktu dia maen di Speed kan??

Yap, tapi tenang ternyata semua cowok juga dong pengen punya potongan crew cut ala Keanu Reeves. And this haircut is timeless...terutama untuk itu toh yang pake seragam (tapi versi barunya yang dipake ama mas Justin Timberlake and mas Wentworth Miller...won't hurt either kok), selain itu this haircut is super hot....suerr dehhhh!!!doi juga tau lah kalo dia super hot.

Lalu kalo cewek potongan rambut apa dong? No worries...inget adegan dimana orang buat pottery sambil pegang-pegangan dengan background musik jadul? YAP...betul sekali sodara-sodara Mbak Demi Moore dengan rambutnya yang lucu itu. Efek kiyut-kiyut langsung bikin tukan potong dari pinggir jalan ampe mall pada rame pelanggan dengan mbak-mbak yang gak mau kalah kelihatan kiyut ala Demi Moore.

Walaupun muka bulet kayak semangka, tetep potongan Demi Moore dipas-pas-in. Otomatis kalau ke salon, orang salon gak pake nanya langsung klik..klik..klik potong rambut kita kayak Demi Moore.


3. Lupus by Hilman

Buku yang menceritakan tentang Lupus si remaja usia ABG dengan segala masalah dan kegokilannya. Buku ini benar-benar menghibur remaja seperti saya, yang suka dimarahin ama bapak dan ibu, terus disuruh ke kamar untuk "memikirkan perbuatanmu". Padahal, please deh emang pernah kita mikirin efek perbuatan kita jaman segitu....yang ada malahan baca-baca buku or majalah (ini akan dibahas di bagian lain).

Lupus dengan temannya yang gokil-gokil......ayo sebutkan teman lupus?????

Gak bisa, jangan kuatir; ada si Boim yang item dan keriting, Si Gusur-seniman sableng dan juga Anto yang menurut saya agak gila. Belum lagi, Ibu dan Bapak si Lupus yang seru (kalau gak salah si Bapaknya Lupus ini pelitnya minta ampunnnnnnnnn, tetapi ibunya adalah orang yang kreatif banget), atau adiknya si Lupus...si Lulu yang centil dan ngeselin.


Those are the days!!!
(End of Part 1)

Monolog-nya Pak Sas

Dude and Nyuks....ini ada oleh-oleh yang membuat kita mungkin tersenyum, mungking menangis haru (seperti gua) dan tertawa dan crying all out lagi....dari Pak Sas alias Setan Gundhul



Terimakasih ya pak.....it means so much for each and everyone of us.



Monolog
Thank You God for the Earthquake


Esuk kuwi, I started the day not in a stylish way. My demanding dad ngersakke sarapan sing rada pakra, decent breakfast pokoke. FYI, bapakku kalo tidak high quality food ra kersa dhahar, wis jeleh mangan ra enak jaman isih cilik. So, my mum and I went to the nearby market daripada digrenengi. We decided to buy jackfruit cooked in rich coconut milk alias gudheg. Nanging, pagi itu, tidak seperti biasanya, pletheking surya tidak sendirian. The rising sun brought with him, a shocking companion. Pas lagi asyik – asyiknya kulak gudheg sinambi ngobrol ngalor ngidul, all of the sudden, tiba – tiba, bumi bergoncang keras. Swarane sora pindha mbedhah – mbedhahna bumi, suara bergemuruh seperti membelah bumi, earth was shaking. Bethara Kala ngamuk golek tumbal. Sak kal, seketika itu juga, kabeh padha pating bleber, mlayu sipat kuping, rebut dhucung, ribut pindha gabah den interi. Hujan genting dan batu di mana – mana, disusul hujan tangis, lalu berikutnya … hujan darah, udan getih. Getihe awake dhewe, getihe sedulur – sedulure, getihe tangga teparo. Ora watara suwe, tidak lama kemudian, layon padha pating glimpang, mayat – mayat bergelimpangan pindha babatan pace. Sing padha slamet, padha sambat sebut, mengerang, menangis …………………….. Dhuh Gusti, iki lelakon apa?

Nanging, sapa nyana, sapa ngira, iki dadi mula bukaning carita yang penuh warna. I was doing whatever I could to help those in needs after the aftermath, aku baru ke sana ke mari cari bantuan when a friend rang me saying that an INGO called Save the Children was trying to set up an office and would need a local person’s assistance. The next morning, ngerti – ngerti aku diinterview. Lan esuk candhake, before I realized it, I was one of the staffs of the LSM. Padahal mbok sumpah, aku belum pernah ikut LSM, baru itu juga aku denger Save the Children. Ceritanya, critane, aku keblasuk ntuk gawean kaya ngene. Who would have thought that this feeling of loss, turned out to be one valuable chapter of life?

Aku wiwit ketemu beberapa orang yang sebenernya tidak terlalu enak dilihat, tapi akeh gunane tumraping rasa pangrasa. Ketemu Mbak Lusi yang seperti spyderwoman for she seemed to have web alias network ke mana – mana and kalo ngobrol bareng akeh nyambunge apa meneh tentang gang barang tuwa (maklum sama – sama karoseri lama). Ada Pak Abadi and Pak Maji, yang kaya gali terminal. Ada Mabk Arita yang super rajin bin sregep and telaten (serahkan semua urusan dhuwit sama si mabk ini and ditanggung pasti rebes). Terus Si Evie yang tiap hari mejanya kulewati tapi sumpah mati aku dulu ra ngerti blas kerjaan orang ini. Si sopir Kepleh bin Yip sing uripwe mung nggo nesu, hidupnya didedikasikan kepada kemarahan dan kekesalan. Sopir lain yang ra kreatif blas, aku gundhul, dheweke melu - melu gundhul bin ngantukan apalagi nek neng ngisor wit talok. Dhian, the corner girl, yang kecil mungil tapi temennya si raksasa hijau Temba. Lalu ada Tita yang sering ngaku detox gak tahunya ada makanan aneh ya diembat juga. Si Ibeng ini seteru abadi Tita, eh seteru abadi finance juga dhing, karena sering ngembat makanan di kulkas yang nota bene punya Tita (punya siapa lagi kalo bukan?). Jangan lupa juga the deafening woman Lala yang biar badan mini, suaranya mencapai 150 desibel. And masih ada Hayu yang dulu katrok bin ndesa tapi akhirnya jadi modern bin kutha. Ada Pak Budi yang ... ah gak usah disebutkan lah bikin moodku hilang.

All are recorded in my low capacity memory. Mereka membawa kenangan sendiri. Bungah, susah, mangkel, nesu, gondhok, ribut, rame, padu, kesel, happiness and sorrow, joys and laughter, semua aku alami bareng manusia – manusia ini. Dari mulai keblasuk blasuk cari sekolah, tanya sana – sini, mitang miting, kirim barang ngalor ngidul, minta map juga ke banyak tempat, pelatihan rana rene, nyeneni and diseneni (iya ta Run?). Ngobrol , nyangkem, nongkrong, curhat, nggosip, grenengan, dan lain lain These people have put more colors in my days for the past 2 years than many other people in my life.

And in the past two years, between floats and clearance, between budgets and meetings, between travel and desk jobs, things happened. Banyak yang berubah di antara kami, kadang baik, kadang buruk. Yang paling besar tentu saja, now I have Ito alias Thole, alias Li’l bear. Thank You God and Simbok for my life’s greatest gift. Now, I have even more reasons to live. Ada yang dapet kawan bin teman, kayak dua sejoli Tita and Evi, or musuh kayak Chairun and … tahu lah siapa. Dhian yang dulu blas ra ana swarane, eh di akhir – akhir ketawanya melengking tinggi kayak kuntilanak persis and nek mangan di sega geneng entek rong piring. Tita yang musuhnya cuma empat: cicak, tokek, tikus and Ibeng (yang ngakunya tambah gemuk padahal ya masih di bawah garis hijau). Lal yang dating – dating terus meteng bin hamil. Edu yang jumlah timnya gak pernah jelas, dari sembilan ke lima, ke empat, ke tiga, ke empat lagi.. wah jan. Semua berubah entah sedikit entah banyak. We all change. (Everyone taps neighboring shoulders)

Pengalaman yang hebat memang. Dan semua pekoleh, semua entuk – entukan. Entuk dhuwit, pengalaman, pembelajaran, ketrampilan, pengetahuan … and ada satu lagi … yang mungkin terlupakan atau tidak terpikirkan or tidak kita sadari … Who would have thought, sapa ngira? Just when other people lost their brothers, sisters, uncles, aunties and grannies, we have got ourselves … best friends, sedulur, a home … a family – a great gift of life. (kabeh salaman and rangkul – rangkulan)

Nah, dina iki, wis titi mangsane kabeh kuwi kudu dirampungi. Hari ini semua harus diakhiri. Jarene kyai pinter saka manca, farewell is at the end of every acquaintance. Ana mulabuka ana pungkasan. Ada awal ada akhir. We have all learned and developed, now it time to share with others, other people than ourselves. Beberapa sudah jelas akan berbagi dengan siapa, Tita dengan masyarakat Aceh, Evi dengan orang – orang Ternate, Lia dengan people at the border country, Atambua. Yang lain, pada saatnya, akan berbagi dengan orang – orang lain juga. Mulai hari esok, banyak yang akan berubah, no more suara kuntilanak ketawa Dhian, no more upil Ibeng, no more ilmu teriakan halilintar Lala, no more hayu memanggil Kak Ibeng, no more nasi goreng, no more Mbah Kerto, no more teriakan orang ulang tahunyang dikerjain, no more keluh kesah si orang besar di meja makan, no more nguyak uyak clearance. Sedih, susah, berat memang. It is the nature of a farewell. It is always hard to say good bye. But who says that this is a good bye? This is just like saying see you next time. Ini bukan akhir sebuah cerita kehidupan, ini hanya kahir dari satu babak cerita dalam hidup. This is just the end of one chapter in life. There are many more chapters in life not necessarily with the same characters but hopefully with equally colorful.

Matur sembah sewu nuwun semua for coloring my life, for making me a different man, for putting the chocolate on top. It is been a great pleasure working with you all. Dan tentu saja Thank You God for the earthquake, otherwise I would never have met these family of mine.



Sas

Sunday 8 June 2008

Wasap 'Su..

Waktu farewell party kemaren, pak sas membacakan satu monolog..ada satu bait kalimat yang membuatku termenung....gempa dijogja- jika yang lain kehilangan banyak sahabat dan saudara, sebaliknya aku menemukan keajaiban dari teman disini, kata pak sas...Maturnuwun Gusti!

Bagiku Yogya kota persahabatan- tak ada kisah cinta yang membuatku terisak isak atau tertawa lebar disini, tak ada kenang cinta yang lekat buatku disini, semua datar. Tapi aku menemukan banyak teman yang membuat semua lebih berarti disini.
Dude, kemaren mbak lia melanjutkan perjalanan ke atambua, sebulan lalu tita, beberapa waktu lalu ita, sebelumnya desi , yolina, lusi OM dan pertama dibuka oleh mas say... aku kehilangan banyak teman, tapi aku yakin teman tidak sebatas meja kerja. selain aktivitas2 kenangan yang diceritakan tita dan evi dibawah..... Dengan evi di cak koting berdua, kita sempat ngobrol- baru kali ini hampir semua kantor itu penuh dengan orang asik dan semuanya bisa menjadi gila, no jaim...
mau contoh; ibeng dan tita yang sering merasa lebih muda dari aku dan membuly aku kalo kekuatan mereka bersatu ( meski hanya selisih bulan ditahun yang sama..hmm dasar anak anak!), evi yang suka neriakin aku kalo aku naik motor( teriak ketakutan membonceng), hayu yang selalu cemburuin dan melototin aku kalo aku lg chating ma ibeng, pak sas yang memintaku menyediakan kebutuhan lelaki dewasa sepertinya (padahal cuman PERMEN XILITOL guys!), dan yang ini mbak lia - yang terakhir kudengar kabar toko batik di yogya bangkrut karena kepindahannya ke atambua ( mereka kehilangan pelanggan setianya), mas say yang kallo aku masuk keruangannya keliatan serius tapi ternyata lagi buka situs selebritis, desy yang gak bisa marah kalo ditanya ttg fashion, mbak ita yang selalu memberi aku kembang di skype (karena dikira aku kurang sajen), icut yang selalu aku marah marahin:P, yolin, monik dan bu lusi yang selalu bermusuhan dengan PM, bumil yang ngidam membelikanku vienetta, chairun the most popular man in the office ( sering banget denger namanya di kedai kopi, meja makan, ruang meeting..apalagi kalo gak ada orangnya..hehe)..pak tanto, pak anwaar, pak yip, mas edi (iyee, sephiaku..pasti kalian mau bilang gitu kan ?!@#$) yang gak bosen karena aku gak pernah hawal jalan/puskesmas dampingan tapi hanya hafal tempat makan, all security, shari yang latah dan suka memperlihatkan udelnya, mas eko yang pagi pagi sudah cerita kalo nasinya dirumah gosong (penting ga sih! hihihi),bu lusi yang seksi acara, pak pit yang pendiam (mmm. gak nemu kata yang pas) dan ..mmm si level K yang gak asik.
Anyway,, banyak banget...buat aku pribadi demikian impressiku.. ...
mereka yang selalu mengingatkan aku dan tita untuk cepet sadar dari keracunan,mereka yang mengingatkan kalau aku bisa melewati semua, mereka yang ada saat aku merasa di.............. oleh orang yang membuatku keracunan (!':@%njriiiiiit#45^&*()_).
Hmm..... thank you so much 'Su!

Friday 6 June 2008

Kedai Kopi and all its glory

Tadi malam diantara tumpukan tugas yang kayaknya tidak pernah habis, tiba-tiba saya melihat foto teman-teman yang saya pasang di meja saya (tentu saja disebelah meja saya ada gambar kartun saya dari saudara saya IBENG).

Dan tiba-tiba, saya tersenyum dan ingat betapa kita dulu sering sekali menghabiskan waktu di tempat ini, tempat yang sederhana tetapi mengandung banyak sekali memories. Kenapa kita senang berkumpul di tempat ini saya juga tidak ingat? (yang saya ingat sekarang adalah rasa macaroni dan lasagna hangatnya...yummmmmmm)

Di tempat ini ada sofa "friends" begitu teman-teman menyebutnya, sofa yang bisa menanggung beban kami semua (dan mungkin banyak orang lagi), sofa dimana kami saling mencurahkan isi hati (dari mulai mantan pacar yang menghantui, seneng sama orang yang tidak worth banget, atasan di kantor yang nyebelin, tugas kantor yang terlalu banyak/terlalu sedikit?, hobi, impian,planning, bahkan sampai guyon-guyon....dan juga permainan-permainan yang selalu kami ciptakan)

Selain itu di kedai kopi (keiko...begitu biasanya mbak lia dan evi...menyebut- bahkan kami punya kartu member atas nama perancang gaun pengantin impian semua perempuan....ms.VERA WANG), ada satu tempat (pendopo yah namanya?). Nah ditempat ini kami (genk asik) biasanya mengadakan acara diskusi (seingat saya, udah 3 kali yah kita mengadakan diskusi disini....si dian, evi and aku).

Acara diskusi yang paling menghebohkan dan mendatang selebritis pun ada (eit jangan salah...selebritis disini....adalah selebritis ukuran kami...bukan cinta laura....bukan inul...tapi Butet Manurung dan temennya yang digila2i oleh evi dan dian). Nah, di Keiko ini mbak Butet Manurung membagikan ilmunya (dia adalah pelopor pendidikan inklusi utk minoritas....buat saya), dan betapa saya sampai tidak bisa berkata apa-apa ketika akhirnya bertemu idola saya semenjak saya SMA......seperti mimpi, dan cerita-cerita yang dibagi oleh Butet Manurung sangatlah manusiawi, betapa dia kadang juga merasa lelah harus menghadapi banyak kendala, tetapi ada beberapa hal yang membuat dia bangkit lagi.

Yap...kedai kopi, one among many places di yogya yang akan selalu saya kenang...dan mungkin kita semua yah....



Sunday 18 May 2008

capeeeeeeeee

Aduh aku pokoknya capeeeeeee, and jengkellllllllllll and sebellllllllll. Perjalanan yang aku kira bakalan memberi aku banyak ilmu malahan bikin aku jengkel dan bete...

Moga-moga ini gak keterusan, first plan gua sekarang adalah nyari kamar!!!gua ogah banget tinggal di kantor, bawaannya kerja melulu....mana disini gua belum punya temen hahahihi seperti kalian semua(jadi kangen ama melankolisnya si hayu and dian, smart ass-nya si evi, wisdom from pak sas, dan kejengkelan2 yang dibuat oleh saudara kembar saya...IBENG, dan resourcefulnya mas Afit)

AHhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh....JENGKELLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLL

Sunday 11 May 2008

Pria Jawa yang bikin Bete

Aku baru ketemu dia hmmm mungkin 6 kali dan semuanya cuma sempat ngobrol sekilas, kecuali pertemuan terakhir waktu aku dan temen-temenku sempat ngobrol lumayan banyak dan kita tukar-tukaran kartu nama.

Dia cowo yang menarik, meski kata temenku dia rada kurang ajar dan mata keranjang hehehe. Tapi aku ga pernah melihat dia macem2 kalo lagi bareng tuh (eheeem... aku pake kacamata kuda). Well, abis tukar-tukaran kartu nama, kami ehmmm... lebih tepatnya dia, sering sms mengucapkan have a nice weekend and happy sunday. For more than five months, cuma itu. Ga pernah ngajak jalan, ga pernah ngajak ketemuan atau ngobrol yang lain.

Sekali dia pernah bilang ada pameran coklat, dan aku ga tau apa maksudnya itu, ngajak aku liat pameran coklat, atau cuma bilang ada pameran coklat? Dan aku terlalu malas untuk mulai flirting sama dia. 

Waktu dia bilang dia pindah ke Jakarta, aku tanya: kenapa. Dia jawab: karena susah ketemu kamu. Heh?? Well, ini pertama kali dia ngomong jelas. Waktu aku bilang aku mau pindah ke Ternate, dia bilang: wah makin jauh dong ya. Kali ini, kembali aku ga mengerti maksudnya. 

Jumat lalu, di sela-sela kemacetan Jakarta, aku sms dia dan bilang have a nice weekend dan bilang kalau Jakarta macet banget. Ini sih pancingan, mau bilang kalo aku lagi di Jakarta hehehe. Malamnya dia balas, bilang ini itu dan ini itu dan diakhir dia bilang, 'wish you were here'. Hiyyyyaaaaaat.... yak desh yak desh!! Apa maksudnya??

Males banget sih nebak-nebak. Capeeeee deeee....


Friday 9 May 2008

hectic

hectic hectic hectic.... mm.. begini ya rasanya phased out.. huff....
kantor ini jadi terlihat lebih garagng(maksudnya?) ...pokoknya semua sibuk, suport, program ditambah lagi ada beberapa berita HR untuk beberapa staf (berita baik atau buruk).... belum dengan kesibukan DRR, belum kontrak driver yang habis di pertengahan bulan ini, belum ..belum.. belum... belum lagi gue yang belum mendapat kepastian.

Ciaatt.... kenapa kalian semua pergi saat begini, hati hati disituasi kantor seperti ini. Masing masing kita sangat sensitive, hubungan sosial juga gak seperti dulu hanya gara gara kerjaan!(lho, kok hanya siih)..... semua serba salah, gara gara yang diatas maunya segala sesuatu cepet selese tanpa memperdulikan contents nya...


brrr...

Monday 28 April 2008

Satu lagi pergi

Nah!!

Sampai juga akhirnya hari ini... satu lagi orang pergi. Biar kuperkenalkan kalian pada tokoh yang tidak asing lagi ini. Nama belakangnya yang Djoko tidak membuatnya jadi pinter bahasa Jawa, meski dia sudah tinggal lebih dari sertahun di Jogja. Bukannya menjadi cewe kemayu, dia malah semakin mematrikan namanya di dunia per'toa'an. Ga salah kalau kadang-kadang aku bilang dia nelan toa waktu lahir.

Kantor pasti makin sepi ya. Setelah cowo sok pede yang pergi tahun lalu, sekarang gilirannya. Kos juga bakal sepi, ga ada yang ngetok2 pintu kamarku untu ditemani nyalain lampu, atau ngusir cicak di kamarnya. Ga ada yang teriak-teriak 'lapaaaaaaaar' di kantor. Plus, ga ada yang menjadi motor ulang tahun berikutnya di kantor. Siapa lagi yang nyiksa orang kalau bukan dia ya?

Well, the show must go on kata orang-orang. Kadang-kadang kita emang harus meninggalkan semua yang manis untuk mendapatkan sesuatu yang lebih besar lagi. Still, bukan berarti di sana ga semanis di sini kan Ta?

Seperti kata Mitch Albom dalam Tuesday with Morrie, kematian tidak bisa memutuskan hubungan. Nah... kalau kematian saja tidak bisa memutuskan hubungan... apalagi jarak yang cuma 3 jam perjalanan dengan pesawat kan ya?

Good luck for your new experience, dude!!

Tuesday 15 January 2008

Satu Lagi Korban Pendidikan

Kemarin aku mendapat telp dari salah satu lembaga kemanusiaan yang sangat peduli pada anak. Karena aku menyantuni satu anak di sana, mereka memberiku kabar terbaru tentang anakku, yang sayangnya mengatakan anak itu di-drop sebagai anak santun, karena dia tidak sekolah lagi. Kenapa tidak mau sekolah, tanyaku. Sekolahnya jauh, kami sudah melakukan pendekatan bahkan menyediakan asrama, tapi anaknya tidak mau, jawab mereka. Lalu mereka menawarkan, apakah aku mau menyantuni anak lain sebagai ganti anak santun yang di-drop itu.

Awalnya aku menjawab tidak keberatan. Tapi kemudian aku berfikir, kenapa anak itu di-drop karena dia tidak mau lagi sekolah? Bukankah dia tetap anak meskipun dia tidak lagi sekolah? Usianya masih 16 tahun, dia tetap dianggap anak berdasarkan konvensi hak anak.

Aku merasa miris. Ini dia, satu lagi korban pendidikan. Kuceritakan kekesalanku pada temenku yang langsung menceritakan pada mereka. Aku sangat memahami penjelasan mereka, tapi toh mereka tidak bisa menjelaskan kenapa anak yang putus sekolah didrop sebagai anak santun? Hanya karena pendidikan sebagai indikator yang ada dalam logical framework mereka? Ampun dj!

Bayangkan seorang anak perempuan, anak dari ujung Papua, yang untuk mencapai rumahnya, kamu harus menggunakan semua alat transportasi yang ada, mulai dari pesawat, lalu kamu naik perahu, lalu motor dan kemudian jalan kaki. Anak di ujung Papua sana, tau apa mereka tentang pendidikan? Kenapa memaksakan pendidikan ketika mereka lebih butuh misalnya pendidikan tidak formal?

Gila, menuliskan ini rasanya ingin membuatku menangis. Aku benci kalo menulis dengan emosi tinggi, biasanya kalimatnya berjejalan ingin keluar. Apakah ketika mereka mau tetap sekolah, yang berarti akan mendapat penyantunan, berarti mereka bisa bersaing? Bukan, bukan itu maksudku, pertanyaan dasarnya: itukah kebutuhan dasarnya sebagai anak?

Sial!! Aku benar-benar ga tau harus menulis bagaimana.

Ok, begini, anak berhak mendapat pendidikan, berarti bukan wajib mendapatkan pendidikan. Sekarang, ketika kamu men-drop dia 'hanya' karena dia tidak mau sekolah, bukankah itu yang dikatakan dengan kewajiban? Aku sangat mengerti ketika kamu bilang, kita tidak memotivasi anak ketika dia tidak sekolah, kita tetap memberi mereka santunan. Oh for god sake, aku sangat mengerti pola santunan yang kamu maksudkan, saya pernah di sana sebelumnya. Ketika saya bilang saya menyantuni satu anak, uang yang saya berikan tidak bulat-bulat diterima anak itu. Bahkan ada anak yang tidak ada penyantunnya pun bisa mendapatkan pelayanan.

Saya, tidak pernah keberatan anak santun saya sekolah atau tidak, sepanjang dia bisa mendapatkan fasilitas yang bisa membuat dia mendapatkan life skill. Informal education misalnya. Atau apalah, yang sesuai dengan kondisi di sana. Tau ga pengarang Musashi itu bahkan tidak lulus SMP? Tau ga, temenku orang Indonesia yang tidak lulus S1 45 juta sebulan, mengalahkan mantan bossku yang PhD? List ini akan bertambah panjang. Seandainya semua orang sepakat seperti buku "Sekolah Itu Candu" atau "Sokola Rimba" seandainya semua tidak melihat seperti Departemen Pendidikan.

Aku tau, aku terlalu emosional. Tapi aku juga tau, ada banyak anak di Papua sana yang nasibnya sama dengan anak santunku.

Wednesday 31 October 2007

What Being Sick Could Mean

What Being Sick Could Mean

I came to in a hospital, completely overwhelmed with nausea and ever lasting headache. ‘What is wrong with me?’ I thought. I was hoping so much that the doctor could explain what it was with me when he ran a thorough check up. It ended in disappointment as he failed to diagnose the disease although eh claimed he recognized the symptoms. For the time being, he prescribed a handful of medicine to take repeatedly in a day, way much more compared to my food intake.

Then, I spent most of my days running various medical checks - up – city scan, blood test as well as urine test. I never imagined that all those alien gadgets would be used to me. The sound of body scanner and the feeling of blood shot lingered deeply in my mind. At the end of every test, I crossed my fingers very tightly hoping so much that it would bring any good results.

After the third day, doctor had not been able to firmly say something about my health condition. I began to wonder if it would ever be found. ‘Could it be something new? What if it were? What if it were some lethal incurable disease?’ My head was overloaded with presupposition and misled judgment. Suddenly I began to see things - our wedding, our four - year old marriage, our lovable son, Ito’s birthday, his first utterance, his smile, my wife’s warmth, her fragrance, her smile, my undisciplined yet witty students, my loving friends at the office. They all flashed before my eyes. ‘Could this be it? Who is going to take care of my son? What about my job and my programs?’ All those questions continuously popped up in my no - pop up blocker mind.

It was in this state that I had a chance to meet many saviors.

Alongside my bed in the hospital was my faithful cousin – Ivan. He came to my house actually to spend his first – time - in – the – year break at my house – the place he thought he was very much welcomed. Yet, seeing me lying helplessly in the hospital was a feeling he could not stand. So, he made up his mind to stay beside me going through all of this. He was the one who relentlessly passed my ‘vomit’ basin, my tasteless meal and my packages of medicines – no matter how tired and sleepy he was. God knows what he is made of. He stayed on my side until his break ended on my fifth day in this confinement.

Every once in a while my wife visited me. She always tried to look tough in every visit and hid behind her sweet smile and warm comforting words. I swore I could read some signs of worry written in her face every time though. She always brought Ito along but I deliberately prohibited her to bring him in until the doctor diagnosed my disease. I missed him more than anything but bringing him in and risking that tiny innocent creature with my undiagnosed disease was just not a choice. Yet, I could feel his presence through his mum and it lighted my spirit up to get out of this hell sooner.

My mum also came whenever she had a chance - quite often for a 70 – year – old woman with a complication of weak heart and nerve disorders. She, however, was a very poor actress. She could not hide her worry over her youngest son’s condition and chose not to look at my facial expression (my pain was written all over my face). On the other hand, she chose to sit outside the room and pretended to be okay. As she went home, she would immediately ring me and ask me to hang on – not putting that kind of expression on my face anymore for it made her sad and worried. The lingering pain did make it difficult for me to pretend. I completely understood her worries though.

Friends were also some of my many saviors. They managed to squeeze in some time between their tight schedules to pay a visit. They worked hard to put smiles on my face. It did not always pay off but it felt like they put some chocolate on top – very encouraging.

Whenever family and friends left, I began to cherish the mighty blessings God had been given to me. I never did anything good, said no words of comforts, sent no greeting cards for their special day nor sent prayers to them, but look what they had given me in return. I had been bad, dishonest, insincere and unfaithful to everybody; yet what they did to me was the other way around. I realized that, other than the fact that my body was giving me a ‘red light’ warning to me to hold on my horse, I was meant to see how much blessing I had been given – great family and great friends and how I should be thankful for those I had received. This is one meaningful disease I had to suffer.

On the fifth day, the doctor finally diagnosed that I was suffering from Hepatitis A. I had to stay for another five days in the hospital and yet another five days at home, but with great blessing, love and prayers from family and friends, the disease immediately eased up and eventually completely cured. I am now up and around and start life as a better person. Thank you, Ivan; thank you, Dear Simbok; thank you, Ito; thank you, Mum; thank you, friends.

Friday 5 October 2007

Apa Dedikasi itu Sebenarnya?

Ya, sebenarnya apa sih dedikasi?

Bang Dedy? Hmmm... mantan auditorku dulu itu emang baek banget. Aku suka... menertawakannya!! kekekeke. Atau Mas Dedi? Nah, cowo seksi yang satu ini bisa merusak otak kita, bertiga malah berniat bersaing untuk mendapatkannya. Mata yang sangat luar biasa, dengan senyum manis dan ber-dedi-kasi.

Eh... jadi apa itu dedikasi?

Aku ga tau.

Norak! Jadi kamu mau ngapain sebenarnya?

Eh, kok malah nanya? Kirain kamu mau cerita, apa itu dedikasi? Bukannya kamu tau apa itu dedikasi?

Kalo aku tau, kenapa nanyak?

Ih, jadi pemarah. Orang pemarah itu berdedikasi ga yak? Kekekeke... Jujur, aku ga tau. Ada yang bilang, Butet Manurung ber-dedi-kasi. Jadi apa? Apa karena dia punya Dedi? Atau... (senyum sok bloon)

Hiiiih....!!

Ok... ok. Aku bukan ahli bahasa. Entahlah. Dan aku juga tidak menyebutkan diriku berdedikasi. Tapi kalo ga salah kata itu berasal dari kata dedicated kan? Atau bukan? Ah, pertanyaanmu susah. Wiken gini harusnya nanya yang gampang, kaya... besok jadi nonton ga? Ke tukang jait kapan? Facial? Spa? Orang kayaaaa...

Trus... trus...? Apa lanjutan dedicated tadi?

Apa ya? Aku juga ga terlalu ngerti tentang dedikasi itu, makanya menurutku kamu bertanya ke orang yang salah. Kalau emang benar dedikasi berasal dari kata dedicate tadi, ya, berdedikasi itu sebenarnya istilah relatif. Berdedikasi pada apa? Misalnya, lagi-lagi Butet Manurung, dia berdedikasi sama masyarakat pedalaman, rimbawan. Tapi dalam hal ini, dia pasti tidak berdedikasi sama... siapa ya? Lembaganya dulu? Mungkin... ah, pertanyaan yang membingungkan. Pertanyaanmu cuma satu, kenapa aku ga bisa menjelaskannya ya?

Orang-orang NGO suka dibilang, harus berdedikasi. Berdedikasi sama siapa? Kemaren waktu aku terlibat di JE, salah satu pihak yang harus kita beri pertanggung jawaban adalah juga masyarakat. Kalau begitu seharusnya kita berdedikasi sama masyarakat yang kita bilang kita dampingi, kita bantu dong?

Jadi?

Jadi....? Ya... tergantung sih, kamu berdedikasi sama siapa? Tinggal pilih, sama masyarakat, sama bos, sama organisasi, sama Tuhan yang memberikan kamu kesempatan itu. Aku juga ga tau, tapi beberapa tahun yang lalu, aku merasa lelah dan marah pada tempat aku kerja dulu. Aku marah sama bosku, dengan semua sepak terjangnya yang membuatku muak. Aku marah sama organisasiku yang menurutku mengubek-ubek kondisi masyarakat atas nama development dan meninggalkannya begitu saja, yang membuat kondisi mereka bahkan lebih buruk dibanding sebelum organisasi itu datang. Mereka, ah ga, aku ada di dalamnya, membuat semuanya lebih buruk dari sebelumnya.

Kamu kecewa? Marah?

Aku punya hati, aku punya mata, aku bisa merasa. Hanya orang-orang ndableg itu yang masih anteng di posisinya. Keenakan. Bagaimana mungkin mereka bisa bicara soal improving live, ketika mereka sendiri hanya kejar tayang? Bicara berapa duit yang sudah didistribusikan untuk program tertentu... bicara indikator yang diukur, bicara bagaimana mengukur, bagaimana membuat report. Tapi mereka ga bertanya yang paling penting: APAKAH MASYARAKAT MENGALAMI PERUBAHAN (TRANSFORMASI)?

Kamu terdengar marah.

Marah, kecewa. Semua. Aku sempat pundung waktu itu. Sampe seorang bapak beruban, melihat, mengajakku bicara. Aku masih ingat dia bilang apa. Dan, mungkin karena itu, aku ga terlalu pusing dengan apa yang dimaksud dengan berdedikasi... atau mungkin itu juga yang dimaksud dengan berdedikasi ya? Ga tau juga d.

Oh ya? Dia bilang apa?

Ketika kamu create suatu program dan kamu tinggalkan, kamu tidak ubahnya seperti pemuda yang menghamili pacarmu dan meninggalkannya. Analogi yang aneh, jelas-jelas aku cewe. Lagian, mana mau aku dihamili sebelum dinikahin. Pernah waktu itu aku sama cowoku... eh... ngomong apa sih? Salah...

Iya, itu yang dia bilang. Seperti itulah yang kamu lakukan. Jadi... sampai batas-batas tertentu, bekerjalah terus, ciptakan perubahan di sekitarmu, mulai hari ini, mulailah dari dirimu sendiri. Heran, dia mengatakan ini jauh sebelum AA Gym mempopulerkannya. Junjunganmu, bukanlah bossmu. Menyebalkan ketika dia melakukan banyak hal yang kamu tidak suka. Saya kenal baik bossmu. Junjunganmu juga bukan organisasi ini, meski punya banyak nilai yang luar biasa bagus, serasa di surga. Junjungamu adalah Tuhan, yang mengijinkan kamu bekerja di sini, mengijinkan otak dan hatimu bekerja dalam waktu yang bersamaan. Juga masyarakat yang menjadi tanggunganmu.

Hmmm... Jadi... ini tentang Tuhan dan Masyarakat? Dedikasinya ke sana?

Itu menurut dia, yang kemudian aku renungkan. Dia bilang gini lagi, organisasi bisa punya banyak sekali konsep, cara, strategi yang kadang tidak kita pahami. Tapi ketika perubahan kecil kamu lakukan, kamu akan merasa berbeda. Lupakan si .... (dia menyebutkan bosku dengan nama yang tidak pantas kutulis di sini). Dia itu... (sorry, aku ga berani). Tapi, ingat masyarakatmu, ingat Tuhanmu. Mari belajar bertanggung jawab. Kalau kamu memang harus pergi, berkreasi di tempat lain, tetaplah bawa sudut pandang ini, supaya kamu tidak kecewa. Vi, masyarakat... somehow, tidak akan mengecewakanmu. Apalagi Tuhan. Jadi... kalo bos dan organisasi mengecewakan... well, kamu masih punya back up masyarakat dan Tuhan kan?

Kamu ingat KSM-KSM yang kamu bangun? Perubahan apa yang kamu lihat dari mereka? Bersukacitalah untuk setiap perubahan yang kamu lihat, sekecil apapun. Karena mereka tanggung jawabmu. Aneh rasanya dia bicara begitu. Dia ngomong akuntabilitas jauh sebelum aku mempelajari bahwa yang dia sebut itu akuntabilitas.

Tuhan dan masyarakat. Hmmm... aku kayanya pernah dengar kata-kata itu ya. Pro Deo dan apa gitu?

Anyway... sampai sekarang aku belum bisa memberikanmu informasi penting tentang apa itu dedikasi. Aku sendiri belum merasa berdedikasi. Satu hal yang pasti, aku menuju ke sana. Dan aku sangat ingin selalu mengingat kata-kata bapak beruban itu. Itulah sebabnya ketika seorang bapak botak mengirimka imel padaku menceritakan tentang tanggung jawab kerja kepada DIA, aku langsung tersentak, betapa bicara dedikasi -- kalau memang yang kusebut tadi dedikasi -- perlu selalu diingatkan. Butet Manurung aja kadang-kadang kecewa dan ingin berenti kok.

Sorry ya, aku ga bisa menjelaskan tentang dedikasi itu. Satu hal, aku hanya memegang apa yang aku pikir menjadi tanggung jawabku. Bersuara ketika harus. Bertindak. Dan pergi ketika harus. Semuanya dengan alasan... untuk Tuhan dan Masyarakat. Bukan untukku, bukan untuk organisasi, bukan untuk bos.

Semua orang sah-sah saja punya sudut pandang berbeda.



Tuesday 25 September 2007

chocolate wishes and vanilla dreams

Dulu waktu masih kecil, saya memohon kepada DIA agar diberi saudara laki-laki, sehingga saya bisa bermain segala permainan yang hanya saya bisa lihat dari tetangga or teman-teman saya yang cowok. atau agar ada yang membela saya ketika teman-teman saya jahat dengan saya.

Ketika saya remaja, saya berharap agar si doi mau melirik dan memiliki perasaan yang sama dengan apa yang saya rasakan. Kadang pada saat ini saya juga berharap agar saya lebih cantik, lebih tinggi, lebih kurus, lebih putih ataupun rambut saya bisa lebih berombak...sehingga banyak yang memuji saya. Juga agar cita-cita saya sebagai arkeologi terkabul.

Waktu saya berumur kira-kira awal 20-an, saya berharap agar saya bisa lulus kuliah lebih cepat, bisa dapat kerjaan di suatu perusahaan yang bonafide, and dapat pacar yang sayang banget sama saya(regardless of how do i feel about him)

Nah...yang saya pelajari dari semua permintaan saya adalah..it's all about me...never about others. lalu, ketika umur saya bertambah di pertengahan 20-an, saya sadar bahwa saya tidak pernah benar-benar fullfilled with everything that i have. Lalu saya lebih senang melihat orang lain senang....itu kebahagian buat saya.

Umur saya bertambah, saya belajar, kadang DIA tidak mengabulkan doa dan permohonan kita karena dia akan menggantikannya dengan sesuatu yang akan membuat kita semakin menghargai apa yang kita miliki.

Sebagai contoh; saya memang tidak dapat saudara cowok....tapi saya bertemu dengan teman-teman cowok yang amazingly incredible person, yang selalu ada ketika saya membutuhkan, yang mengajari saya banyak hal...yang membuat saya tersenyum, yang membuat saya menangis.

Si Doi yang saya harap melirik saya tidak pernah melirik saya, tapi saya jadi semakin tahu apa yang saya inginkan bila saya bertemu dengan the one. saya juga tidak makin cantik, dll secara fisik tetapi saya bertemu dengan banyak incredible women yang mengajarkan bahwa beauty is not only skin deep, dan setiap wanita itu memiliki karakter tertentu yang membuatnya cantik.

Saya mungkin tidak menjadi arkeolog seperti Indiana Jones, tetapi saya bekerja di suatu tempat yang membuat saya belajar banyak hal, bertemu dengan orang-orang yang luar biasa...mempelajari hal-hal yang membuat saya semakin menghargai apa yang DIA telah berikan pada saya.

Dan hal yang saya sadari dari akhir 20-an ini adalah, kebahagian saya adalah melihat orang lain bahagia, melihat orang lain tertawa, melihat orang lain senang...Jadi saya semakin yakin I do get my wishes, but not in the way i want, but in the way that i never really expected, in a way that make me believe that there is a meaningful life for each and every one of us!!!

This dedicated to all of my best friends....i love you all!!!