Friday 20 March 2009

The Unfinished Story

Aku percaya hidup itu seperti kumpulan cerita-cerita. Rasanya tidak pas kita ada cerita yang belum diselesaikan. Belakangan ini, tanpa aku sadari, aku merajut cerita baru sambil menyelesaikan beberapa cerita yang pernah menggantung sebelumnya.

Minggu lalu, aku melakukannya bersama temenku, seseorang yang pernah sangat berarti bagiku waktu SMA. Ada yang belum diselesaikan antara kami, setidaknya dari sudut pandangku.

Lulus dari SMA, aku berusaha menghubunginya, berusaha mengatakan aku menyesal atas apa yang sudah aku lakukan padanya. Pergi begitu saja, ga bilang apa yang membuatku pergi, apa yang harus diperbaikinya, dan setidaknya berterima kasih untuk semua yang sudah dilakukannya untukku. Untuk semua prakarya yang ga pernah bisa aku selesaikan, yang diperbaikinya dengan sempurna, untuk semua tugas-tugas kimia, untuk semua soal-soal menjelang ujian akhir... yet, aku tidak mengucapkan itu. Tidak, sampai aku menuliskan kartu, yang tidak pernah sampai di tangannya.

Rasanya selalu menjadi ganjalan setiap kali aku memulai satu hubungan di universitas. Ingat masa-masa aku menghindar dari perasaanku sendiri. Tidak jujur atas apa yang kurasakan. Ingat bahwa aku berhutang maaf atas seseorang. Orang yang aku tau namanya, tapi tidak pernah tau bagaimana menghubunginya.

Sampai akhirnya dia menghubungiku. Lewat facebook... bener-bener. Dia, sama sepertiku merasa ada yang belum diselesaikan antar kami. Menarik, karena dia merasa ada sesuatu yang dia lakukan yang membuatku 'kabur'. Dari sisiku, ada cerita yang belum selesai, karena aku belum minta maaf. Kami menyelesaikan dengan baik, aku mengatakan maaf dan menyakinkannya kalau tidak ada yang salah dengannya. Murni masalah ada di aku.

Menjelang 'hariku' aku merasa kalau satu persatu cerita yang belum selesai diselesaikan. Ceritaku di SMA yang pertama.

Lalu, kemaren aku menghubungi 'my very true friend'. Seorang sahabatku yang sangat luar biasa. Teman-teman mengatakan kami bukan sahabat. Buatku dan juga buatnya, kami tidak bisa lebih dari sahabat. Dia bisa saja melintasi benua dan lautan, terbang dari negaranya untuk menyembuhkan luka hatiku beberapa tahun lalu. Dia bisa ada, menghapus air mataku. Aku tau dia mencintaiku (sedikit ge-er) seperti aku menyayanginya. Tapi kami tidak pernah bisa melewati batas yang ada. Dia sahabatku, maka dia adalah orang yang berikutku yang kukabari tentang rencana 'hariku'. Menyelesaikan cerita kami, bahwa kami tetap sahabat.

Menyelesaikan cerita yang belum tuntas, membuat langkahku jadi lebih ringan. Rasanya jadi lebih cerah. Untuk sahabatku, yang membantuku menyelesaikan cerita ini, merci beacoup!!

PS: Tadinya mau nulis di blog pribadi, berhubung blog ini being neglected for months, ya akhirnya nulis di sini aja yaks