Tuesday, 28 April 2009

Kaya karena Teman

I opened my wallet and found it empty,
Reached in my pocket and found a few coins
Searched my heart and found you and our friendship
Then I realized how rich I am

Pernah baca kalimat yang dikirim lewat sms itu? Rasanya aku terima sms itu jaman-jaman dulu banget dari seorang temen lama. Aku sih bilang, iya... kata-kata itu bener banget. Temen selalu bikin kita lebih kaya.

Tim Jogja, salah satu pengalaman pertemanan yang menyenangkan. Mau belanja? Ada Jeung Lia, Tita dan Dian. Mau makan, baik tempat baru atau tempat lama? Selain tiga munyuk di atas, masih ada Haju (yang sering kita maki-maki karena makannya dikit) atau Ibenk (yang selalu bilang makanan semua enak, asal banyak dan murah, ada Pak Sas yang selalu rela menyuplai kita dengan makanan tradisional (Mbah Kerto) atau tempe yang bukan dari kedele, yang kacangnya gede banget dan keras (aku ga suka, tapi Tita tergila-gila). Mau nongkrong... wah semua pada mau banget. Mau nonton? Movie box atau di Amplaz? Siapa yang nolak? Mau karaoke? Mulai dari yang karaoke booth yang pake koin, sampe yang di Nav, juga pernah kita coba. Jalan-jalan mengeksplor Jateng dengan fotografer andal? Jangan tanya. Bisa bikin orang lain iri.

Teman, emang selalu bikin kita kaya.

Tapi aku tidak pernah mikir dari sisi sebaliknya. Tanpa teman, kita miskin. Sama sekali ga pernah mikir. Sampai akhirnya aku mengalaminya.

Terdampar di Medan, karena pilihanku sendiri tidak pernah membuatku berfikir kalau aku akan mengalami hal yang berbeda. Aku selalu datang ke tempat baru dan selalu menemukan teman yang bisa membuatmu ketawa. Mengerti leluconmu, menambahkan ide pada idemu yang gila, atau sekedar mendukungmu ketika kau membutuhkannya. Biasanya tidak butuh waktu berminggu-minggu untuk mendapatkan teman yang bisa membuatmu tertawa, setidaknya dari pengalamanku.

Tidak berlaku di Medan. Kantor isinya cuma 6 orang. Semuanya serius. Belum pernah aku ketawa, benar-benar ketawa, sampai sakit perut atau sakit rahang. Belum pernah. Garing. Serius. Kesannya serius berarti berwibawa. Ah. Even Pak Sas yang sangar, bisa bikin kita ketawa terpingkal-pingkal. Dia tetap aja sangar dan berwibawa tuh.

Banyak teman kaya, ga ada temen, miskin. Medan yang besar rasanya tidak ada artinya. Ternate masih jauh menyenangkan. Aku masih punya teman di kota kecil itu. Medan dengan mall, tempat makan dan bioskop terasa hambar tanpa teman.

Punya temen yang bisa diajak gila di Medan? Kenalin doooong

Friday, 20 March 2009

The Unfinished Story

Aku percaya hidup itu seperti kumpulan cerita-cerita. Rasanya tidak pas kita ada cerita yang belum diselesaikan. Belakangan ini, tanpa aku sadari, aku merajut cerita baru sambil menyelesaikan beberapa cerita yang pernah menggantung sebelumnya.

Minggu lalu, aku melakukannya bersama temenku, seseorang yang pernah sangat berarti bagiku waktu SMA. Ada yang belum diselesaikan antara kami, setidaknya dari sudut pandangku.

Lulus dari SMA, aku berusaha menghubunginya, berusaha mengatakan aku menyesal atas apa yang sudah aku lakukan padanya. Pergi begitu saja, ga bilang apa yang membuatku pergi, apa yang harus diperbaikinya, dan setidaknya berterima kasih untuk semua yang sudah dilakukannya untukku. Untuk semua prakarya yang ga pernah bisa aku selesaikan, yang diperbaikinya dengan sempurna, untuk semua tugas-tugas kimia, untuk semua soal-soal menjelang ujian akhir... yet, aku tidak mengucapkan itu. Tidak, sampai aku menuliskan kartu, yang tidak pernah sampai di tangannya.

Rasanya selalu menjadi ganjalan setiap kali aku memulai satu hubungan di universitas. Ingat masa-masa aku menghindar dari perasaanku sendiri. Tidak jujur atas apa yang kurasakan. Ingat bahwa aku berhutang maaf atas seseorang. Orang yang aku tau namanya, tapi tidak pernah tau bagaimana menghubunginya.

Sampai akhirnya dia menghubungiku. Lewat facebook... bener-bener. Dia, sama sepertiku merasa ada yang belum diselesaikan antar kami. Menarik, karena dia merasa ada sesuatu yang dia lakukan yang membuatku 'kabur'. Dari sisiku, ada cerita yang belum selesai, karena aku belum minta maaf. Kami menyelesaikan dengan baik, aku mengatakan maaf dan menyakinkannya kalau tidak ada yang salah dengannya. Murni masalah ada di aku.

Menjelang 'hariku' aku merasa kalau satu persatu cerita yang belum selesai diselesaikan. Ceritaku di SMA yang pertama.

Lalu, kemaren aku menghubungi 'my very true friend'. Seorang sahabatku yang sangat luar biasa. Teman-teman mengatakan kami bukan sahabat. Buatku dan juga buatnya, kami tidak bisa lebih dari sahabat. Dia bisa saja melintasi benua dan lautan, terbang dari negaranya untuk menyembuhkan luka hatiku beberapa tahun lalu. Dia bisa ada, menghapus air mataku. Aku tau dia mencintaiku (sedikit ge-er) seperti aku menyayanginya. Tapi kami tidak pernah bisa melewati batas yang ada. Dia sahabatku, maka dia adalah orang yang berikutku yang kukabari tentang rencana 'hariku'. Menyelesaikan cerita kami, bahwa kami tetap sahabat.

Menyelesaikan cerita yang belum tuntas, membuat langkahku jadi lebih ringan. Rasanya jadi lebih cerah. Untuk sahabatku, yang membantuku menyelesaikan cerita ini, merci beacoup!!

PS: Tadinya mau nulis di blog pribadi, berhubung blog ini being neglected for months, ya akhirnya nulis di sini aja yaks